Minggu, 25 Mei 2025

MATERI PENILAIAN SUMATIF AKHIR SEMESTER (SAS) PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI KELAS VII SEMESTER 2 TAHUN 2025

 MATERI PENILAIAN SUMATIF AKHIR SEMESTER (SAS) PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI KELAS VII SEMESTER 2 TAHUN 2025

Ayat Kitab Suci yang menjadi dasar utama pembelajaran tentang pertumbuhan dan perkembangan Yesus adalah...

Menurut Lukas 2:52, Yesus bertambah besar dalam empat dimensi, kecuali...

Dimensi pertumbuhan Yesus yang mengacu pada peningkatan kemampuan berpikir dan memahami adalah...

Ketika dikatakan Yesus "makin dikasihi oleh manusia", ini menunjukkan perkembangan dalam dimensi...

Teladan Yesus dalam "bertambah besar" mengajak kita untuk...

Tindakan Yesus di Bait Allah pada usia 12 tahun yang membuat orang kagum dengan pemahaman-Nya menunjukkan dimensi pertumbuhan...

Pernyataan "makin dikasihi oleh Allah" dalam diri Yesus adalah teladan bagi kita untuk...

Proses perubahan kualitatif yang mengarah pada peningkatan fungsi, kompleksitas, dan kematangan disebut...

Seorang peserta didik yang rajin belajar, membaca buku, dan selalu ingin tahu adalah contoh dari perkembangan dalam dimensi...

Salah satu cara kita meneladani Yesus dalam dimensi sosial adalah dengan...

Belas kasih Yesus kepada orang banyak yang lapar ditunjukkan dengan mukjizat...

Perasaan iba atau kasihan yang mendalam terhadap penderitaan orang lain, diikuti dengan keinginan kuat untuk menolong, disebut...

Ketika Yesus menyembuhkan orang kusta, tindakan-Nya yang menyentuh orang tersebut (meskipun dilarang dalam hukum Taurat) menunjukkan...

Kisah Injil tentang perumpamaan Orang Samaria yang Murah Hati mengajarkan tentang...

Alasan utama mengapa Yesus selalu bertindak dengan belas kasih adalah karena...

Contoh tindakan belas kasih yang dapat kita lakukan di sekolah adalah...

Ketika Yesus melihat orang banyak yang "tersebar dan terlantar seperti domba tanpa gembala", Dia merasa...

Dalam kisah penyembuhan orang lumpuh yang diturunkan melalui atap (Markus 2:1-12), Yesus pertama-tama melakukan...

Tindakan belas kasih Yesus yang menyentuh orang kusta dan berkata, "Aku mau, jadilah engkau tahir," menunjukkan...

Meneladani belas kasih Yesus berarti kita harus memiliki hati yang...

Pengampunan adalah...

Yesus mengajarkan pentingnya pengampunan melalui perumpamaan tentang...

Dalam doa Bapa Kami, kita berdoa: "Ampunilah kesalahan kami, seperti kami pun ..."

Ketika Yesus disalibkan, Ia berdoa: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Ayat ini menunjukkan...

Apa yang terjadi pada diri kita ketika kita tidak mau mengampuni orang lain?

Manfaat pengampunan bagi orang yang memberi pengampunan adalah...

Jika kita melakukan kesalahan dan menyakiti orang lain, langkah pertama yang sebaiknya kita lakukan adalah...

Sikap yang tepat saat kita ingin meminta maaf adalah...

Mengampuni tidak berarti...

Mengapa pengampunan juga penting bagi kesehatan mental dan emosional kita?

Doa adalah...

Yesus sendiri memberikan teladan tentang doa dengan...

Unsur penting dalam doa yang merupakan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas kebaikan-Nya adalah...

Ketika kita berdoa untuk orang lain (keluarga, teman, orang sakit), itu disebut doa...

Doa yang diajarkan langsung oleh Yesus kepada murid-murid-Nya adalah...

Manfaat utama memiliki rencana doa pribadi adalah...

Apabila kita merasa sulit untuk berdoa atau tidak tahu harus berkata apa, yang bisa kita lakukan adalah...

Doa dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja, tetapi akan lebih baik jika kita mencari tempat dan waktu yang...

Sikap hati yang paling penting saat berdoa adalah...

Selain kata-kata, doa juga bisa diungkapkan melalui...

SOAL ESAI HOTS PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI KELAS VII SEMESTER 2

1. Analisis dan Evaluasi - Belas Kasih: Yesus menunjukkan belas kasih-Nya dengan berbagai cara, seringkali kepada mereka yang dipandang rendah atau terpinggirkan oleh masyarakat pada zaman-Nya (misalnya: orang kusta, pemungut cukai, perempuan berdosa). Menurut pendapatmu, mengapa Yesus memilih untuk secara khusus menunjukkan belas kasih-Nya kepada kelompok-kelompok ini? Apa relevansi pilihan Yesus ini dengan kondisi masyarakat kita saat ini, dan bagaimana kita dapat meneladaninya dalam konteks sekolah atau lingkungan tempat tinggalmu?

Rubrik Penilaian Soal 1:

4 poin: Menjelaskan alasan pilihan Yesus secara mendalam (misal: menunjukkan keadilan Allah, melawan stigma sosial, menjangkau yang terhilang), mengaitkan relevansi dengan masyarakat saat ini secara tepat (misal: kelompok terpinggirkan modern), dan memberikan contoh penerapan konkret yang orisinal dan relevan.

3 poin: Menjelaskan alasan pilihan Yesus dengan cukup baik, mengaitkan relevansi dengan masyarakat saat ini, dan memberikan contoh penerapan.

2 poin: Menjelaskan alasan pilihan Yesus secara umum, relevansi kurang jelas, atau contoh penerapan kurang konkret.

1 poin: Jawaban tidak relevan atau hanya sebagian kecil yang benar.

Contoh Jawaban Soal 1: Yesus memilih untuk secara khusus menunjukkan belas kasih-Nya kepada kelompok-kelompok yang terpinggirkan seperti orang kusta, pemungut cukai, dan perempuan berdosa karena beberapa alasan mendalam. Pertama, Dia ingin menunjukkan bahwa Kerajaan Allah terbuka bagi semua orang, tanpa memandang status sosial, latar belakang dosa, atau kondisi fisik. Pada zaman itu, kelompok ini dianggap najis, pendosa, atau pengkhianat, sehingga mereka terisolasi. Dengan mendekati mereka, Yesus menantang stigma sosial dan norma-norma yang diskriminatif. Kedua, Yesus datang untuk mencari dan menyelamatkan yang terhilang (Lukas 19:10). Mereka yang terpinggirkan seringkali adalah yang paling membutuhkan kasih, perhatian, dan penyembuhan, baik fisik maupun spiritual.

Relevansi pilihan Yesus ini sangat besar bagi masyarakat kita saat ini. Di zaman modern, kita juga masih melihat kelompok-kelompok yang terpinggirkan, meskipun bentuknya mungkin berbeda, seperti anak-anak jalanan, korban bullying, orang dengan disabilitas yang kurang diperhatikan, atau bahkan teman yang selalu menyendiri karena dianggap aneh. Mereka mungkin tidak 'kusta' secara fisik, tetapi 'terkucilkan' secara sosial atau emosional.

Untuk meneladaninya di sekolah atau lingkungan, kita bisa:

1. Mendekati teman yang sendirian atau menjadi korban bullying. Alih-alih ikut menjauhinya, kita bisa menyapa, mengajaknya bergabung dalam kelompok, atau melaporkan tindakan bullying jika memungkinkan. Ini adalah bentuk belas kasih yang menentang stigma sosial.

2. Menunjukkan kesabaran dan pengertian kepada teman yang kesulitan belajar. Mungkin dia tidak secepat teman lain, tetapi dengan menawarkan bantuan atau penjelasan tambahan, kita menunjukkan belas kasih dan perhatian tanpa merendahkan.


2. Sintesis dan Aplikasi - Pertumbuhan Holistik: Lukas 2:52 menyatakan bahwa "Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia." Pilihlah dua dari empat dimensi pertumbuhan Yesus (fisik, hikmat, dikasihi Allah, dikasihi manusia). Jelaskan mengapa kedua dimensi yang kamu pilih tersebut sangat penting untuk pertumbuhanmu sebagai seorang remaja Kristen. Kemudian, buatlah satu rencana konkret untuk mengembangkan kedua dimensi tersebut dalam seminggu ke depan.

Rubrik Penilaian Soal 2:

4 poin: Memilih dua dimensi, menjelaskan pentingnya masing-masing secara mendalam, dan menyusun rencana konkret yang relevan, spesifik, dan realistis untuk kedua dimensi.

3 poin: Memilih dua dimensi, menjelaskan pentingnya dengan cukup baik, dan menyusun rencana yang cukup konkret.

2 poin: Memilih dua dimensi, penjelasan pentingnya kurang mendalam, atau rencana kurang konkret/realistis.

1 poin: Hanya menyebut dimensi tanpa penjelasan atau rencana tidak relevan.

Contoh Jawaban Soal 2: Saya memilih dimensi "bertambah hikmat-Nya" dan "makin dikasihi oleh Allah".

Pentingnya "Bertambah Hikmat-Nya" bagi Remaja Kristen: Sebagai remaja, kita sedang dalam tahap belajar dan memahami banyak hal, baik di sekolah maupun dalam hidup. Bertambah hikmat artinya tidak hanya pintar secara akademis, tetapi juga memiliki kebijaksanaan untuk membedakan yang baik dan buruk, membuat keputusan yang tepat, dan memahami kehendak Tuhan dalam hidup kita. Ini sangat penting agar kita tidak mudah terpengaruh hal-hal negatif, bisa menyelesaikan masalah dengan bijak, dan mengembangkan potensi diri yang Tuhan berikan. Hikmat dari Tuhan membimbing kita menjalani masa remaja yang penuh tantangan.

Pentingnya "Makin Dikasihi oleh Allah" bagi Remaja Kristen: Hubungan yang erat dengan Allah adalah pondasi iman kita. Sebagai remaja, kita butuh pegangan dan kekuatan dari Tuhan menghadapi tekanan pergaulan, ujian sekolah, atau masalah keluarga. Ketika kita makin dikasihi oleh Allah, itu berarti kita semakin dekat dengan-Nya melalui doa, firman, dan ketaatan. Relasi ini memberi kita kedamaian, kekuatan, dan keyakinan bahwa kita tidak sendirian. Ini juga memampukan kita untuk mencerminkan kasih Allah kepada orang lain.

Rencana Konkret untuk Seminggu ke Depan:

1. Untuk "Bertambah Hikmat-Nya": Saya akan mencoba membaca satu artikel tentang etika Kristen (misalnya, tentang penggunaan media sosial yang bijak) setiap hari Jumat malam. Setelah membaca, saya akan menulis satu paragraf singkat tentang apa yang saya pelajari dan bagaimana saya bisa menerapkannya dalam hidup saya.

2. Untuk "Makin Dikasihi oleh Allah": Setiap pagi setelah bangun tidur, saya akan meluangkan 5 menit untuk berdoa pribadi dan membaca satu ayat pendek dari Kitab Suci (misalnya dari Injil atau Mazmur). Saya akan mencoba merenungkan artinya dan meminta Tuhan menolong saya untuk menghidupi firman itu sepanjang hari.


3. Evaluasi dan Penciptaan - Pengampunan: Banyak orang merasa sulit untuk mengampuni seseorang yang telah menyakiti mereka secara mendalam, bahkan Yesus pun meminta Bapa mengampuni para penyalib-Nya. Mengapa pengampunan, terutama bagi mereka yang menyakiti kita, bisa menjadi tindakan yang begitu sulit namun pada saat yang sama sangat membebaskan? Jika kamu adalah seorang kakak yang harus memberi nasihat kepada adikmu tentang sulitnya mengampuni teman yang berbohong, nasihat apa yang akan kamu berikan berdasarkan ajaran Yesus dan pengalaman pribadi (jika ada)?

Rubrik Penilaian Soal 3:

4 poin: Menjelaskan kesulitan dan kebebasan pengampunan secara mendalam. Nasihat yang diberikan konkret, didasarkan pada ajaran Yesus, realistis, dan menunjukkan pemahaman empatik terhadap adik.

3 poin: Menjelaskan kesulitan dan kebebasan pengampunan dengan cukup baik. Nasihat yang diberikan cukup konkret dan didasarkan pada ajaran Yesus.

2 poin: Penjelasan tentang kesulitan dan kebebasan pengampunan kurang mendalam. Nasihat terlalu umum atau kurang relevan.

1 poin: Jawaban tidak relevan atau hanya sebagian kecil yang benar.

Contoh Jawaban Soal 3: Pengampunan, terutama bagi mereka yang menyakiti kita secara mendalam, bisa menjadi tindakan yang sangat sulit karena melibatkan pelepasan rasa sakit, kemarahan, dan keinginan untuk membalas dendam. Hati kita secara alami ingin membela diri atau melihat keadilan ditegakkan dengan cara kita sendiri. Ada ketakutan bahwa dengan mengampuni, kita akan terlihat lemah atau membiarkan pelaku berulang kali melakukan kesalahan. Namun, pada saat yang sama, pengampunan sangat membebaskan. Ketika kita mengampuni, kita melepaskan beban emosional yang berat. Dendam dan kebencian akan menggerogoti hati kita sendiri, bukan hati orang yang kita benci. Pengampunan adalah hadiah untuk diri kita sendiri, membebaskan kita dari rantai kepahitan.

Jika saya adalah seorang kakak yang harus memberi nasihat kepada adik saya tentang sulitnya mengampuni teman yang berbohong, saya akan berkata:

"Adikku, Kakak tahu rasanya sakit hati dibohongi, rasanya ingin marah terus dan tidak mau berteman lagi dengannya. Itu wajar. Tapi, coba deh adik bayangkan, kalau adik terus-terusan marah sama dia, siapa yang paling menderita? Hati adik sendiri kan? Adik jadi kepikiran, tidak enak hati, dan mungkin jadi tidak semangat.

Yesus pernah bilang, 'Ampunilah kesalahan kami, seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami.' Artinya, Tuhan sendiri mengajarkan kita untuk mengampuni. Bahkan waktu Yesus disalib pun, Dia berdoa agar orang-orang yang menyakiti-Nya diampuni, padahal mereka melakukan kejahatan yang besar. Itu bukan berarti adik harus melupakan kesalahannya atau bilang bohong itu baik, tapi adik melepaskan rasa sakit hati itu.

Mungkin adik bisa coba bicara baik-baik dengannya, sampaikan perasaan adik yang sakit hati. Jika dia meminta maaf dan adik bisa melihat ketulusannya, coba deh untuk memaafkan. Kalaupun dia tidak meminta maaf, adik tetap bisa memilih untuk melepaskan beban amarah itu di hati adik. Tidak perlu lagi memikirkannya terus-menerus. Itu akan membuat hati adik lega dan damai. Memaafkan itu butuh kekuatan, bukan kelemahan."


4. Analisis dan Evaluasi - Doa: Doa seringkali dianggap sebagai "percakapan dengan Tuhan". Namun, banyak remaja merasa kesulitan dalam berdoa, baik karena merasa canggung, tidak tahu harus berkata apa, atau merasa doa mereka tidak didengar. Menurutmu, mengapa perasaan-perasaan tersebut bisa muncul, dan bagaimana cara kita mengatasi tantangan-tantangan ini agar doa menjadi pengalaman yang lebih bermakna dan personal, meneladani kehidupan doa Yesus?

Rubrik Penilaian Soal 4:

4 poin: Menjelaskan penyebab kesulitan berdoa secara mendalam, menawarkan solusi konkret dan relevan yang didasarkan pada teladan doa Yesus, dan menunjukkan pemahaman yang matang tentang doa sebagai pengalaman personal.

3 poin: Menjelaskan penyebab kesulitan berdoa dengan cukup baik, menawarkan solusi yang relevan, dan mengaitkan dengan teladan Yesus.

2 poin: Penjelasan penyebab kesulitan kurang mendalam, solusi terlalu umum, atau kurang mengaitkan dengan teladan Yesus.

1 poin: Jawaban tidak relevan atau hanya sebagian kecil yang benar.

Contoh Jawaban 4: Perasaan canggung, tidak tahu harus berkata apa, atau merasa doa tidak didengar sering muncul karena beberapa alasan. Pertama, kita mungkin membayangkan Tuhan terlalu "jauh" atau "formal", sehingga kita merasa canggung untuk bicara bebas seperti kepada teman. Kedua, kita mungkin terbiasa dengan doa hafalan dan jadi bingung saat harus mengungkapkan isi hati sendiri. Ketiga, kita mungkin punya harapan instan bahwa doa harus langsung dijawab, sehingga ketika tidak terjadi, kita merasa tidak didengar.

Untuk mengatasi tantangan ini dan membuat doa lebih bermakna, kita bisa meneladani kehidupan doa Yesus:

1. Doa itu Relasi, Bukan Ritual Semata: Yesus seringkali berdoa di tempat sunyi, sendirian (misalnya di Getsemani, Lukas 22:39-46). Ini menunjukkan bahwa doa adalah percakapan pribadi dengan Bapa. Kita tidak perlu canggung atau memakai bahasa yang rumit. Mulailah dengan menceritakan apa yang ada di hatimu, rasa syukur, kekhawatiran, atau kebingungan. Anggap Tuhan sebagai Bapa yang selalu mendengarkan dengan penuh kasih.

2. Mulai dari yang Sederhana: Jika sulit, mulailah dengan doa-doa pendek, misalnya Doa Bapa Kami, lalu tambahkan 1-2 kalimat syukur atau permohonan kecil. Bisa juga dengan membaca satu ayat Kitab Suci dan merenungkannya sejenak, lalu berdoa sesuai dengan pesan ayat itu. Ini mirip dengan cara Yesus sering merenungkan Kitab Suci dan mengutipnya.

3. Kesabaran dan Kepercayaan: Yesus mengajar kita untuk berdoa dengan tekun dan percaya (Lukas 11:5-8). Jawaban Tuhan tidak selalu instan atau sesuai keinginan kita. Terkadang jawabannya adalah "tunggu", "tidak", atau "Aku punya rencana yang lebih baik". Yang penting adalah kita tetap setia dalam berkomunikasi dengan-Nya, percaya bahwa Dia tahu yang terbaik. Keheningan pun bisa menjadi bagian dari doa, di mana kita belajar mendengarkan suara Tuhan dalam hati.

4. Doa adalah Sumber Kekuatan: Yesus berdoa sebelum membuat keputusan penting (misalnya memilih murid) dan sebelum menghadapi penderitaan. Ini mengajarkan kita bahwa doa adalah sumber kekuatan dan hikmat. Ketika kita merasa buntu atau lelah, datanglah pada Tuhan dalam doa.


5. Ciptaan dan Aplikasi - Rencana Hidup: Berdasarkan seluruh materi yang telah kamu pelajari di Semester 2 (pertumbuhan seturut teladan Yesus, belas kasih, pengampunan, dan doa), buatlah sebuah paragraf singkat berisi "Visi Hidup Remaja Kristen" yang mencerminkan pemahamanmu tentang nilai-nilai ini. Kemudian, tuliskan minimal 3 langkah konkret yang akan kamu lakukan di semester depan untuk mewujudkan visi tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Rubrik Penilaian Soal 5:

4 poin: Visi hidup sangat jelas, ringkas, dan merefleksikan keempat nilai secara terintegrasi. Tiga langkah konkret yang diberikan sangat spesifik, relevan, realistis, dan menunjukkan pemahaman mendalam tentang aplikasi nilai.

3 poin: Visi hidup cukup jelas dan merefleksikan sebagian besar nilai. Tiga langkah konkret cukup spesifik dan relevan.

2 poin: Visi hidup kurang jelas atau hanya merefleksikan sedikit nilai. Langkah konkret kurang spesifik atau kurang relevan.

1 poin: Visi hidup tidak ada atau sangat umum, langkah konkret tidak relevan.

Contoh Jawaban Soal 5: Visi Hidup Remaja Kristen: Saya ingin menjadi remaja Kristen yang terus bertumbuh secara holistik, meneladani Yesus dalam setiap aspek hidup: semakin bijaksana dalam mengambil keputusan, semakin peduli dan berbelas kasih kepada sesama, berani memberi dan menerima pengampunan dengan tulus, serta setia membangun relasi yang erat dengan Tuhan melalui doa yang tekun, sehingga hidup saya dapat menjadi berkat bagi lingkungan sekitar dan memuliakan nama Tuhan.

Langkah Konkret untuk Semester Depan:

1. Mengembangkan Hikmat dan Belas Kasih: Setiap minggu, saya akan mencari satu kesempatan untuk membantu teman yang kesulitan (misal: menjelaskan pelajaran yang tidak dimengerti, mendengarkan curahan hati teman yang sedang sedih) atau ikut serta dalam kegiatan sosial kecil di lingkungan, seperti mengumpulkan barang bekas untuk disumbangkan. Ini akan membantu saya lebih peka dan bijaksana dalam berinteraksi.

2. Menerapkan Pengampunan: Jika terjadi konflik atau salah paham dengan teman, saya akan berusaha untuk tidak menyimpan dendam. Saya akan proaktif untuk berbicara baik-baik, meminta maaf jika saya salah, atau berusaha memaafkan jika saya yang disakiti, daripada menghindari masalah atau terus menyimpan kepahitan. Saya akan berdoa untuk kekuatan untuk mengampuni, seperti yang Yesus lakukan.

3. Memperkuat Doa dan Hubungan dengan Tuhan: Saya akan berkomitmen untuk meluangkan waktu minimal 10 menit setiap malam sebelum tidur untuk berdoa, bukan hanya meminta, tetapi juga bersyukur, memuji Tuhan, dan merefleksikan hari yang telah berlalu. Saya juga akan mencoba membaca satu perikop Kitab Suci setiap dua hari sekali untuk mendengarkan suara Tuhan.

 

 

MATERI PENILAIAN SUMATIF AKHIR SEMESTER (SAS) PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI KELAS VIII SEMESTER 2 TAHUN 2025

MATERI PENILAIAN SUMATIF AKHIR SEMESTER (SAS) PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI KELAS VIII SEMESTER 2 TAHUN 2025

Gereja Katolik mengajarkan ada berapa Sakramen?

Sakramen yang merupakan gerbang ke kehidupan ilahi dan menjadi awal masuknya seseorang menjadi anggota Gereja Katolik adalah Sakramen...

Tanda utama Sakramen Baptis adalah...

Sakramen yang menyempurnakan rahmat Baptis dan menguatkan kita dengan Roh Kudus untuk menjadi saksi Kristus adalah Sakramen...

Tanda dan materi pokok dalam Sakramen Krisma adalah...

Sumber dan puncak seluruh kehidupan Kristiani adalah Sakramen...

Dalam Sakramen Ekaristi, roti dan anggur di konsekrasi menjadi...

Sakramen Rekonsiliasi atau Tobat memberikan pengampunan dosa bagi mereka yang...

Yang memberikan absolusi (pengampunan dosa) dalam Sakramen Tobat adalah...

Sakramen yang menguatkan orang sakit dan menyertainya dalam penderitaan adalah Sakramen...

Gereja disebut sebagai "Umat Allah" karena...

Konsili Vatikan II menekankan bahwa Gereja adalah...

Peran awam (umat biasa) dalam Gereja menurut Konsili Vatikan II adalah...

Salah satu tugas kenabian umat beriman adalah...

Masing-masing anggota Gereja memiliki peranan yang berbeda namun saling melengkapi. Hal ini disebut prinsip...

Gereja memiliki sifat-sifat dasar (ciri-ciri) yang diyakini dalam Syahadat Nicea-Konstantinopel, yaitu...

Sifat Gereja "Satu" berarti...

Sifat Gereja "Katolik" berarti...

Sifat Gereja "Apostolik" berarti...

Sifat Gereja "Kudus" berarti...

Roh Kudus dicurahkan kepada para Rasul pada peristiwa...

Roh Kudus adalah Pribadi Ketiga dalam Tritunggal Mahakudus, yang berperan sebagai...

Roh Kudus membantu kita untuk memahami dan menghidupi...

Salah satu karunia Roh Kudus yang memungkinkan kita untuk mengetahui kehendak Tuhan adalah...

Buah-buah Roh Kudus yang seharusnya tampak dalam kehidupan kita adalah...

Peran Roh Kudus dalam Sakramen Krisma adalah...

Roh Kudus berkarya dalam diri kita melalui...

Ketika kita merasakan dorongan untuk melakukan kebaikan atau menjauhi kejahatan, itu adalah salah satu cara Roh Kudus...

Sakramen Krisma sering disebut juga sebagai Sakramen...

Dalam perayaan Ekaristi, Roh Kudus berperan penting dalam...

Perjalanan iman manusia disebut sebagai proses ziarah karena...

Iman adalah...

Santo Paulus mengatakan bahwa iman itu timbul dari...

Godaan dan tantangan dalam perjalanan iman dapat berupa...

Yang dapat menguatkan iman kita dalam perjalanan hidup adalah...

Pengalaman iman yang kuat dan mendalam dapat mengubah hidup seseorang. Contoh tokoh Kitab Suci yang mengalami perubahan hidup karena iman adalah...

Dalam perjalanan iman, ketika kita menghadapi kegagalan atau melakukan dosa, Sakramen yang menolong kita untuk bangkit kembali adalah...

Peran komunitas (keluarga, teman, paroki) dalam perjalanan iman adalah...

Teladan iman dalam Kitab Suci yang meninggalkan negerinya karena ketaatan pada panggilan Allah adalah...

Yang bukan merupakan ciri dari iman yang dewasa adalah...

 

 

SOAL ESAI HOTS PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI KELAS VIII SEMESTER 2

1. Analisis dan Evaluasi - Sakramen Krisma: Sakramen Krisma disebut sebagai Sakramen Penguatan. Menurut ajaran Gereja Katolik, Roh Kudus dicurahkan kepada kita dalam Sakramen ini untuk menguatkan kita menjadi saksi Kristus. Mengapa seorang remaja Katolik yang baru menerima Sakramen Krisma seringkali masih merasa canggung atau ragu untuk menjadi saksi Kristus dalam kehidupan sehari-hari? Berikan dua tantangan nyata yang mungkin dihadapi remaja, dan usulkan dua cara konkret yang dapat dilakukan seorang remaja untuk mengatasi tantangan tersebut, dengan bantuan Roh Kudus.

Rubrik Penilaian Soal 1:

4 poin: Menjelaskan alasan kecanggungan/keraguan secara mendalam (misal: tekanan teman sebaya, takut dihakimi, kurang pemahaman), memberikan dua tantangan nyata dan relevan, serta mengusulkan dua cara konkret dan realistis untuk mengatasinya dengan peran Roh Kudus.

3 poin: Menjelaskan alasan kecanggungan/keraguan cukup baik, memberikan dua tantangan, dan mengusulkan dua cara yang cukup konkret.

2 poin: Penjelasan alasan kurang mendalam, tantangan dan cara kurang spesifik atau tidak relevan dengan peran Roh Kudus.

1 poin: Jawaban tidak relevan atau hanya sebagian kecil yang benar.

Contoh Jawaban Soal 1: Seorang remaja Katolik yang baru menerima Sakramen Krisma seringkali masih merasa canggung atau ragu untuk menjadi saksi Kristus dalam kehidupan sehari-hari karena beberapa alasan. Pertama, tekanan teman sebaya dan lingkungan sosial yang tidak selalu mendukung nilai-nilai Kristiani. Remaja cenderung ingin diterima oleh kelompoknya, sehingga takut terlihat "terlalu religius" atau berbeda. Kedua, kurangnya pemahaman dan pengalaman pribadi tentang bagaimana sebenarnya menjadi saksi Kristus. Mereka mungkin tidak tahu harus mulai dari mana atau bagaimana cara menyatakannya tanpa terkesan menggurui. Ada juga ketakutan akan dihakimi atau ditertawakan.

Dua tantangan nyata yang mungkin dihadapi remaja adalah:

1. Berani berbicara tentang iman di tengah ejekan atau pandangan skeptis: Misalnya, saat teman-teman membicarakan hal-hal yang tidak baik atau meremehkan agama, remaja bisa kesulitan untuk mengungkapkan pandangan atau sikapnya yang berbeda.

2. Menunjukkan integritas Kristen dalam tindakan, padahal ada godaan untuk ikut arus: Misalnya, saat dihadapkan pada pilihan untuk mencontek atau berbohong demi nilai bagus, meskipun tahu itu salah.

Dua cara konkret untuk mengatasi tantangan tersebut dengan bantuan Roh Kudus:

1. Memulai dari Lingkungan Terdekat dan Tindakan Kecil: Roh Kudus akan membimbing kita untuk tidak perlu melakukan hal-hal besar secara langsung. Mulailah dengan menjadi saksi Kristus melalui tindakan nyata belas kasih dan kejujuran di rumah atau di sekolah. Misalnya, membantu orang tua, bersikap adil kepada adik, atau tidak mencontek saat ujian. Ketika ada kesempatan dan Roh Kudus memberi dorongan, berani untuk berbicara tentang nilai-nilai kebaikan atau iman secara sederhana. Roh Kudus memberi kita kebijaksanaan untuk memilih waktu dan cara yang tepat.

2. Membangun Relasi Kuat dengan Roh Kudus melalui Doa dan Sakramen: Roh Kudus adalah Penghibur dan Penolong kita. Dengan rajin berdoa memohon bimbingan dan kekuatan Roh Kudus, serta aktif menerima Sakramen Ekaristi dan Tobat, kita akan diperkuat dari dalam. Doa membantu kita untuk mengatasi ketakutan dan keraguan, sementara Sakramen menguatkan iman kita. Keyakinan akan kehadiran Roh Kudus akan memberikan keberanian untuk berdiri teguh pada nilai-nilai Kristiani meskipun di tengah tantangan.


2. Sintesis dan Aplikasi - Gereja sebagai Umat Allah: Konsili Vatikan II menegaskan bahwa Gereja adalah "Umat Allah", di mana setiap anggotanya (awam, biarawan/biarawati, imam) memiliki martabat yang sama dalam Kristus dan mengambil bagian dalam tugas imamat, kenabian, dan rajawi Kristus. Bagaimana pemahaman ini mengubah pandanganmu tentang peranmu sebagai remaja Katolik dalam Gereja? Jelaskan dua cara spesifik kamu dapat mewujudkan partisipasimu dalam tugas kenabian dan rajawi Kristus sebagai anggota Gereja di lingkunganmu (sekolah atau paroki).

Rubrik Penilaian Soal 2:

4 poin: Menjelaskan perubahan pandangan secara mendalam (misal: dari pasif menjadi aktif, dari penonton menjadi pelaku). Memberikan dua cara spesifik dan relevan untuk mewujudkan tugas kenabian dan rajawi, dengan contoh yang konkret.

3 poin: Menjelaskan perubahan pandangan cukup baik. Memberikan dua cara yang cukup spesifik dan relevan.

2 poin: Penjelasan perubahan pandangan kurang mendalam. Cara yang diberikan kurang spesifik atau tidak relevan.

1 poin: Jawaban tidak relevan atau hanya sebagian kecil yang benar.

Contoh Jawaban Soal 2: Pemahaman bahwa Gereja adalah "Umat Allah" dan setiap anggota memiliki martabat yang sama serta mengambil bagian dalam tugas Kristus sangat mengubah pandangan saya. Dulu, saya mungkin berpikir Gereja itu hanya para imam, suster, dan orang-orang dewasa yang aktif. Saya merasa sebagai remaja, peran saya hanya datang ke gereja dan menerima komuni. Namun, sekarang saya tahu bahwa saya juga adalah bagian penting dari Tubuh Kristus, dengan tugas dan tanggung jawab. Saya bukan lagi penonton, melainkan pelaku aktif yang dipanggil untuk membangun Gereja dan Kerajaan Allah.

Dua cara spesifik saya dapat mewujudkan partisipasi dalam tugas kenabian dan rajawi Kristus adalah:

1. Partisipasi dalam Tugas Kenabian (Mewartakan Injil): Saya dapat mewujudkan tugas kenabian dengan berani berbicara kebenaran dan keadilan, serta menjadi teladan dalam perkataan dan perbuatan. Di sekolah, misalnya, saya bisa menjadi suara yang menentang bullying atau kecurangan. Saya tidak perlu berkhotbah, tetapi cukup dengan bersikap jujur, peduli, dan menghormati orang lain, saya sudah mewartakan nilai-nilai Injil. Saya juga bisa berbagi kebaikan Tuhan melalui percakapan sederhana dengan teman atau dengan mengundang mereka untuk bergabung dalam kegiatan rohani remaja di paroki jika mereka tertarik.

2. Partisipasi dalam Tugas Rajawi (Melayani dan Memimpin): Tugas rajawi bukan berarti menjadi raja secara harfiah, tetapi melayani sesama dengan kasih dan bertanggung jawab terhadap komunitas. Di paroki, saya bisa aktif dalam kegiatan remaja seperti ikut membantu di hari Minggu (misal: menjadi putra/putri altar, kolektan, atau membantu di sekretariat Gereja saat ada acara). Di lingkungan sekolah, saya bisa mengambil inisiatif untuk mengorganisir kegiatan sosial kecil bersama teman-teman, seperti mengumpulkan buku bekas untuk disumbangkan atau membersihkan lingkungan. Ini menunjukkan semangat kepemimpinan yang melayani, meneladani Kristus sebagai Raja yang melayani.


3. Analisis dan Evaluasi - Buah-buah Roh Kudus: Galatia 5:22-23 menyebutkan "buah-buah Roh Kudus: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri." Pilihlah salah satu dari buah Roh Kudus tersebut yang menurutmu paling sulit untuk diwujudkan dalam kehidupan remaja saat ini. Jelaskan mengapa buah Roh Kudus tersebut sulit diwujudkan di kalangan remaja, dan berikan contoh konkret dari situasi remaja. Kemudian, usulkan dua strategi praktis untuk mengembangkan buah Roh Kudus tersebut dalam dirimu, dengan keyakinan akan bantuan Roh Kudus.

Rubrik Penilaian Soal 3:

4 poin: Memilih satu buah Roh Kudus, menjelaskan kesulitan mewujudkannya secara mendalam dengan contoh konkret yang relevan. Mengusulkan dua strategi praktis, relevan, dan menunjukkan pemahaman tentang peran Roh Kudus.

3 poin: Memilih satu buah Roh Kudus, menjelaskan kesulitan dengan cukup baik, memberikan contoh. Mengusulkan dua strategi yang cukup praktis.

2 poin: Penjelasan kesulitan kurang mendalam atau contoh kurang relevan. Strategi kurang praktis atau tidak relevan.

1 poin: Jawaban tidak relevan atau hanya sebagian kecil yang benar.

Contoh Jawaban Soal 3: Menurut saya, buah Roh Kudus yang paling sulit diwujudkan dalam kehidupan remaja saat ini adalah Penguasaan Diri.

Kesulitan ini muncul karena remaja berada di fase perkembangan di mana emosi seringkali bergejolak dan belum stabil. Selain itu, tekanan dari lingkungan sosial dan media sosial yang menawarkan gratifikasi instan (misal: kepuasan langsung dari hiburan, makanan cepat saji, atau validasi di media sosial) membuat penguasaan diri menjadi tantangan besar. Remaja juga seringkali kurang sabar dan ingin segala sesuatu sesuai keinginan mereka, sehingga sulit menahan diri dari godaan atau keinginan yang sesaat.

Contoh konkret situasi remaja:

a. Godaan Media Sosial: Sulit mengendalikan diri untuk tidak terus-menerus membuka ponsel dan melihat media sosial, meskipun seharusnya belajar atau beristirahat. Akibatnya, tugas terbengkalai atau kurang tidur.

b. Emosi yang Meledak: Cepat marah atau tersinggung ketika diejek atau ada sesuatu yang tidak sesuai keinginan, tanpa berpikir panjang tentang dampak perkataan atau tindakan tersebut.

Dua strategi praktis untuk mengembangkan buah Roh Kudus Penguasaan Diri dengan keyakinan akan bantuan Roh Kudus:

1. Menetapkan Batasan yang Jelas dan Konsisten: Roh Kudus memberi kita kekuatan untuk melakukan apa yang benar. Saya akan menetapkan waktu khusus tanpa gawai (misal: setelah jam 9 malam tidak memegang ponsel) dan fokus penuh saat belajar. Ketika ada keinginan untuk melanggar batasan itu, saya akan segera berdoa mohon kekuatan Roh Kudus untuk menahan diri dan mengingat tujuan yang lebih besar (misal: nilai bagus, kesehatan).

2. Membiasakan Diri Merespons, Bukan Bereaksi: Ketika emosi mulai memuncak (misal: marah atau kesal), saya akan coba mengambil napas dalam-dalam sebelum berbicara atau bertindak. Saya akan mohon Roh Kudus untuk memberikan saya ketenangan dan kebijaksanaan agar tidak bereaksi spontan, tetapi merespons dengan bijaksana. Ini adalah latihan kesabaran dan kesadaran diri yang dibimbing oleh Roh Kudus, yang akan membantu saya menahan diri dari perkataan atau tindakan yang akan saya sesali nantinya.


4. Ciptaan dan Aplikasi - Perjalanan Iman: Perjalanan iman sering diibaratkan sebagai sebuah ziarah atau pendakian gunung yang penuh tantangan. Terkadang kita merasa kuat dan bersemangat, namun di lain waktu kita bisa merasa ragu, putus asa, atau bahkan jatuh. Bagaimana perumpamaan "ziarah" atau "pendakian gunung" ini relevan dengan perjalanan iman seorang remaja di masa kini? Deskripsikan dua momen dalam "ziarah imanmu" (nyata atau hipotetis) yang bisa membuatmu merasa "jatuh" atau "ragu", dan bagaimana kamu akan berusaha bangkit kembali dengan bantuan Sakramen dan komunitas Gereja.

Rubrik Penilaian Soal 4:

4 poin: Menjelaskan relevansi perumpamaan secara mendalam. Mendeskripsikan dua momen "jatuh/ragu" yang relevan dan realistis. Menjelaskan strategi bangkit kembali dengan bantuan Sakramen dan komunitas secara spesifik dan meyakinkan.

3 poin: Menjelaskan relevansi perumpamaan cukup baik. Mendeskripsikan dua momen "jatuh/ragu". Menjelaskan strategi bangkit kembali dengan bantuan Sakramen dan komunitas.

2 poin: Penjelasan relevansi kurang mendalam. Momen "jatuh/ragu" kurang realistis. Strategi kurang spesifik.

1 poin: Jawaban tidak relevan atau hanya sebagian kecil yang benar.

Contoh Jawaban Soal 4: Perumpamaan "ziarah" atau "pendakian gunung" sangat relevan dengan perjalanan iman seorang remaja di masa kini. Ziarah menggambarkan sebuah perjalanan yang memiliki tujuan, yaitu perjumpaan dengan Tuhan, namun diwarnai oleh berbagai rintangan, kelelahan, dan ketidakpastian di jalan. Seperti mendaki gunung, ada medan yang mulus, ada pula tanjakan curam, bebatuan tajam, bahkan jurang. Demikian pula iman kita, ada masa-masa di mana kita merasa dekat dengan Tuhan (puncak gunung yang indah), tetapi juga ada masa di mana kita merasa jauh, ragu, atau bahkan jatuh karena godaan atau masalah hidup (jurang atau tergelincir).

Dua momen dalam "ziarah iman saya" yang bisa membuat saya merasa "jatuh" atau "ragu":

1. Momen "Jatuh" karena Dosa: Saya bisa "jatuh" ketika saya melakukan kesalahan fatal atau dosa yang saya tahu sangat tidak menyenangkan Tuhan dan merugikan orang lain. Misalnya, saya berbohong besar kepada orang tua atau teman yang kemudian terbongkar, dan saya merasa sangat bersalah, malu, dan tidak layak di hadapan Tuhan. Saya bisa merasa "jauh" dari Tuhan dan ingin menjauhi Gereja karena merasa kotor.

2. Momen "Ragu" karena Tekanan Lingkungan: Saya bisa "ragu" ketika teman-teman terdekat saya mulai mempertanyakan iman, mengejek kebiasaan rohani saya, atau mengajak saya melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Gereja (misalnya, bolos katekese, atau menonton hal yang tidak senonoh). Ini bisa membuat saya bertanya-tanya apakah iman saya itu benar, atau apakah saya terlalu "ketinggalan zaman".

Cara saya akan berusaha bangkit kembali dengan bantuan Sakramen dan komunitas Gereja:

a. Bantuan Sakramen Tobat (Rekonsiliasi) dan Ekaristi: Ketika saya "jatuh" karena dosa, hal pertama yang akan saya lakukan adalah mengaku dosa dalam Sakramen Tobat. Ini adalah "titik pengisian ulang" dan "pemulihan" dalam ziarah iman. Saya akan mengungkapkan penyesalan saya kepada imam, menerima absolusi, dan merasakan pembebasan dari beban dosa. Setelah itu, saya akan menerima Komuni dalam Sakramen Ekaristi dengan hati yang bersih, di mana saya akan diperkuat oleh Tubuh dan Darah Kristus, Sang Roti Kehidupan. Ekaristi adalah sumber kekuatan terbesar dalam perjalanan iman kita.

b. Bantuan Komunitas Gereja: Ketika saya merasa "ragu" karena tekanan lingkungan, saya akan mencari dukungan dari teman-teman rohani saya di kegiatan remaja Gereja atau dari Pembina Iman (misalnya, guru agama atau romo). Saya akan berbagi pergumulan saya dengan mereka. Komunitas adalah "tali pengaman" dan "rekan seperjalanan" yang saling menguatkan. Mereka bisa mengingatkan saya akan kebenaran Injil, mendoakan saya, atau sekadar memberi dukungan emosional yang saya butuhkan. Ini akan membantu saya merasa tidak sendirian dalam perjalanan iman dan kembali teguh pada jalan yang benar.


5. Ciptaan dan Sintesis - Sakramen dalam Kehidupan Remaja: Pilihlah tiga Sakramen (selain Baptis, Ekaristi, Krisma yang sudah banyak dibahas). Jelaskan secara singkat mengapa masing-masing Sakramen tersebut relevan dan penting dalam hidup seorang remaja, meskipun mungkin belum mengalaminya secara langsung (misalnya Imamat atau Perkawinan). Berikan contoh bagaimana nilai-nilai dari Sakramen tersebut dapat dihayati oleh remaja dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Rubrik Penilaian Soal 5:

4 poin: Memilih tiga Sakramen yang berbeda, menjelaskan relevansi dan pentingnya masing-masing secara mendalam bagi remaja, dan memberikan contoh penghayatan nilai yang konkret dan relevan untuk setiap Sakramen.

3 poin: Memilih tiga Sakramen, menjelaskan relevansi dan pentingnya cukup baik, serta memberikan contoh penghayatan yang cukup konkret.

2 poin: Memilih tiga Sakramen, penjelasan relevansi kurang mendalam atau contoh penghayatan kurang relevan/spesifik.

1 poin: Jawaban tidak relevan atau hanya sebagian kecil yang benar.

Contoh Jawaban Soal 5: Saya akan memilih Sakramen Tobat (Rekonsiliasi), Perminyakan Orang Sakit, dan Imamat.

1. Sakramen Tobat (Rekonsiliasi):

² Relevansi dan Pentingnya bagi Remaja: Sakramen Tobat sangat relevan karena remaja adalah masa di mana kita sering melakukan kesalahan, baik disengaja maupun tidak. Kita mungkin berbohong, bertengkar, atau tidak menaati orang tua/guru. Sakramen ini penting karena mengajarkan kita tentang pengampunan Tuhan yang tanpa batas dan pentingnya untuk bertanggung jawab atas dosa kita. Ini adalah kesempatan untuk membersihkan hati, merasa lega, dan memulai kembali dengan hati yang murni.

² Penghayatan Nilai dalam Kehidupan Sehari-hari: Remaja dapat menghayati nilai ini dengan berani mengakui kesalahan kepada orang yang kita sakiti dan meminta maaf dengan tulus, serta memberi maaf kepada teman atau keluarga yang menyakiti kita. Jika merasa beban dosa sangat berat, beranilah untuk mendekati Sakramen Tobat di Gereja.

2. Sakramen Perminyakan Orang Sakit:

² Relevansi dan Pentingnya bagi Remaja: Sakramen ini relevan bagi remaja karena kita akan selalu menghadapi sakit dan penderitaan, baik fisik maupun emosional (misalnya sakit karena ujian, patah hati, stres). Sakramen ini mengingatkan kita bahwa Tuhan hadir dalam penderitaan dan menghibur orang sakit. Ini juga mengajarkan kita tentang pentingnya merawat dan mendoakan sesama yang sakit.

² Penghayatan Nilai dalam Kehidupan Sehari-hari: Remaja dapat menghayati nilai ini dengan menjenguk teman atau anggota keluarga yang sakit, mendoakan mereka, atau menawarkan bantuan kecil seperti membawakan makanan atau mengerjakan tugas. Ini menunjukkan kepedulian dan solidaritas kita terhadap mereka yang menderita, meneladani belas kasih Yesus kepada orang sakit.

3. Sakramen Imamat:

² Relevansi dan Pentingnya bagi Remaja: Meskipun remaja belum bisa menerima Sakramen Imamat, ini sangat relevan karena mengenalkan kepada kita panggilan hidup dan pelayanan rohani yang istimewa. Sakramen ini menunjukkan bahwa ada orang-orang yang dipanggil secara khusus untuk melayani Tuhan dan umat-Nya sebagai imam, yang mengorbankan hidup mereka demi Gereja. Ini bisa menjadi inspirasi bagi remaja untuk menemukan panggilan hidup mereka sendiri (baik itu panggilan berkeluarga, hidup bakti, atau di tengah masyarakat) dan berani melayani Tuhan dan sesama di mana pun mereka berada.

² Penghayatan Nilai dalam Kehidupan Sehari-hari: Remaja dapat menghayati nilai ini dengan menghormati dan mendukung para imam dalam pelayanan mereka. Selain itu, mereka dapat menumbuhkan semangat pelayanan dalam kegiatan Gereja (misalnya, menjadi lektor, putra/putri altar, koor, atau terlibat dalam kegiatan sosial paroki) atau di lingkungan sekolah (misal: menjadi pengurus OSIS yang melayani). Ini adalah bentuk partisipasi dalam semangat Imamat Kristus.